Langsung ke konten utama

KONSEP ESSENSIAL GEOGRAFI


Dalam Seminar Loka Karya yang diadakan oleh Ikatan Geograf Indonesia (IGI) di Semarang pada tahun 1988 menghasilkan suatu rumusan yang menyatakan bahwa geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dan unsur geografi dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan. Konsep-konsep yang digunakan untuk menelaah fenomena geosfer yaitu :

1. Konsep Lokasi
Merupakan suatu konsep utama yang digunakan untuk mengetahui fenomena-fenomena geosfer serta tempat terjadinya fenomena. Konsep ini menganalisa adanya aspek-aspek baik itu positif maupun negative dari berbagai tempat di permukaan bumi. Konsep ini terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Konsep lokasi absolut
Yaitu lokasi suatu wilayah berdasarkan garis lintang dan garis bujur dan memiliki sifat yang tetap.
Misalnya : Letak Astronomis Indonesia terletak pada 6°LU – 11°LS dan 95°BT – 141°BT.

b. Konsep Lokasi relatif
Yaitu lokasi dari suatu daerah di permukaan bumi yang mengalami perubahan sifat karena pengaruh dari daerah di sekitarnya. 
Misalnya : tanah yang berada di daerah perkotaan biasanya memiliki harga yang lebih mahal.

2. Konsep Jarak
Merupakan suatu konsep yang menggambarkan adanya jarak antara dua wilayah. Konsep ini berkaitan dengan lokasi, kehidupan sosial, serta ekonomi dan bersifat relative. Dengan adanya jarak, maka hal tersebut juga berpengaruh terhadap harga maupun nilai dari suatu barang. 
Misalnya : pada saat seseorang sedang bepergian dengan membawa barang-barang yang cukup banyak, maka hal tersebut akan berpengaruh pada biaya transportasi atau tanah yang letaknya jauh dari jalan raya, akan memiliki harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan tanah yang berada di dekat jalan raya. 

Konsep jarak terbagi dalam 2 golongan, yaitu :

a. Konsep jarak absolut
yaitu jarak yang satuan panjangnya diukur dengan kilometer. 
Misalnya jarak antara kota A dan kota B adalah 100 km.

b. Konsep Jarak Relative
yaitu jarak yang satuan panjangnya diukur dengan waktu . 
Misalnya : Dari kota A kita bisa menjangkau kota B dalam waktu lima jam.

3. Konsep keterjangkauan (accesbility)
Konsep ini memiliki keterkaitan dengan kondisi suatu permukaan bumi, dimana hal tersebut dapat menyangkut bagaimana cara untuk dapat menjangkau suatu lokasi atau daerah, alat transportasi apa yang digunakan untuk mencapainya, alat komunikasi yang digunakan, dan masih banyak lagi. 
Misalnya :  suatu daerah yang terisolasi karena kondisi permukaan buminya (seperti sebuah desa yang terletak di antara rawa-rawa dan hutan) akan menyebabkan daerah tersebut sulit dijangkau.

4. Konsep Pola
Merupakan konsep geografi yang memiliki kaitan dengan ketergantungan pada berbagai fenomena geografis di permukaan bumi. Kata lainnya adalah konsep pola merupakan sesuatu yang berulang sehingga menghasilkan bentuk yang lebih konsisten. Konsep pola menitikberatkan konsepnya pada pola keruangan baik alami maupun sosial budaya.
Misalnya : pola pemukiman yang berada di daerah pegunungan kebanyakan mengikuti pola penyebaran, sedangkan pemukiman yang berada di daerah pinggiran sungai biasanya mengikuti pola yang memanjang.

5. Konsep Morfologi
Konsep ini sesuai dengan kondisi di permukaan bumi sebagai hasil dari tenaga endogen maupun eksogen seperti terciptanya dataran rendah, pegunungan, maupun dataran tinggi, dan lain sebagainya. Dengan mengikuti konsep ini, maka orang akan mudah dalam memperkirakan kondisi suatu wilayah.
Contohnya : dataran rendah di sepanjang pantai utara Jawa kebanyakan dipergunakan sebagai perkebunan tebu. Contoh lainnya adalah daerah dataran tinggi atau pegunungan sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan perkebunan maupun pertanian.

6. Konsep Aglomerasi
Konsep aglomerasi atau konsep mengelompok merupakan konsep yang berkaitan dengan penyebaran objek-objek geografi yang ada di permukaan bumi berdasarkan pada unsur-unsur yang di rasa menguntungkan atau berdampak positif.
Misalnya : pemukiman yang berada di daerah pedesaan biasanya berkelompok di dekat lahan pertanian atau lahan-lahan yang subur.

7. Konsep nilai guna (utilitas)
Merupakan keadaan geografis suatu wilayah yang bersifat relatif yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti lokasi, jarak, maupun keterjangkauannya. Suatu wilayah di permukaan bumi ini memberikan manfaat yang tidak sama bagi semua orang.
Contoh : Laut memiliki nilai guna yang tinggi bagi nelayan daripada bagi petani.

8. Konsep interaksi dan interdependensi
Yaitu suatu konsep yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara dua wilayah atau lebih sehingga menghasilkan fenomena, penampilan, maupun masalah yang baru dimana dalam konsep ini suatu fenomena akan tergantung pada fenomena yang lainnya.
Contoh : interaksi antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan terjadi karena adanya perbedaan sumber daya yang dihasilkan. Daerah pedesaan biasanya menghasilkan bahan-bahan baku, sedangkan daerah perkotaan menghasilkan berbagai macam produk industri. Kondisi tersebut menjadikan kedua wilayah saling membutuhkan.

9. Konsep Area Diferensiasi
Yaitu konsep yang memandang bahwa suatu daerah yang ada di permukaan bumi ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda, seperti jenis tanaman, cara hidup, maupun mata pencaharian penduduk penghuninya.
Contoh : jenis tanaman yang dibudidayakan di daerah dataran tinggi memiliki perbedaan dengan tanaman yang dibudidayakan di daerah dataran rendah, seperti di ketinggian 0-700 meter jenis tanaman yang dibudidayakan adalah tebu, jagung, dan kelapa. Di daerah dengan ketinggian 700-1500 meter jenis tanaman yang dibudidayakan antara lain adalah kopi, teh, kakao, tembakau, kina, dan lain sebagainya. Di daerah dengan ketinggian 1500-2500 meter jenis tanaman yang di budidayakan antara lain adalah pinus, dan pohon cemara. Sedangkan di daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 2500 meter jenis tanaman yang dibudidayakan adalah jamur. Contoh lainnya adalah bahwa di daerah pesisir pantai, kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, sedangkan di daerah dataran rendah, mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

10. Konsep Keterkaitan tata ruang
Konsep ini memandang adanya keterkaitan antara peristiwa atau fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik itu dari segi fisik maupun non fisik.
Contoh : keterkaitan antara kehidupan di daerah perkotaan dan pedesaan seperti masyarakat yang ada di perkotaan memerlukan bahan baku yang dihasilkan oleh masyarakat di daerah pedesaan dalam proses produksi produk-produknya. Sedangkan masyarakat pedesaan perlu untuk memasarkan bahan-bahan alami yang mereka hasilkan ke daerah perkotaan.

Komentar